Peduliwni | Gempa Ishikawa yang terjadi di Prefektur, Jepang, pada awal tahun baru 2024 telah menyebabkan kerusakan besar dan korban jiwa. Bukan hanya warga Jepang, tetapi juga warga negara Indonesia (WNI) yang tinggal di daerah tersebut mengalami dampak yang signifikan.
Sebagian besar WNI kehilangan tempat tinggal dan harus mengungsi di lokasi penampungan. Namun, mereka tidak sendirian. Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo telah memberikan bantuan logistik dan pendataan kepada para WNI terdampak gempa.
Gempa Ishikawa: Salah Satu Gempa Terkuat di Jepang
Gempa bumi yang mengguncang Prefektur Ishikawa pada Senin (1/1) pukul 11.30 waktu setempat merupakan salah satu gempa terkuat yang pernah terjadi di Jepang. Nah, Gempa ini memiliki magnitudo 7,6 dan kedalaman 10 kilometer. Gempa ini juga menimbulkan tsunami setinggi 3 meter yang melanda pantai barat Jepang.
Akibat gempa ini, banyak bangunan roboh, jalan retak, listrik padam, dan transportasi terganggu. Selain itu, gempa ini juga menyebabkan kebakaran, longsor, dan banjir di beberapa daerah. Menurut data resmi pemerintah Jepang, gempa ini telah menewaskan 110 orang, melukai 414 orang, dan membuat 211 orang hilang. Jumlah korban diperkirakan masih akan bertambah karena proses pencarian dan evakuasi masih berlangsung.
WNI Kehilangan Tempat Tinggal dan Harus Mengungsi
Gempa Ishikawa juga berdampak pada WNI yang tinggal di daerah tersebut. Menurut data KBRI Tokyo per Minggu (7/1), ada 183 WNI yang terdampak gempa di sembilan titik lokasi di Prefektur Ishikawa. Mereka berasal dari berbagai profesi, seperti pekerja, pelajar, pengusaha, dan ibu rumah tangga.
Sebanyak 95 WNI di antaranya kehilangan tempat tinggal akibat gempa dan harus mengungsi di lokasi penampungan yang disediakan oleh pemerintah Jepang atau komunitas lokal. Sisanya, 170 WNI, telah kembali ke kediaman masing-masing setelah memastikan kondisi rumah mereka aman.
Lokasi penampungan yang menampung WNI terdampak gempa berada di dua tempat, yaitu di Ogi dan Suzu. Di Ogi, ada 10 WNI yang mengungsi di gedung olahraga. Kemudian, Di Suzu, ada tiga WNI yang mengungsi di sekolah dasar. Di lokasi penampungan, para WNI mendapatkan fasilitas dasar, seperti tempat tidur, selimut, air, makanan, dan toilet. Namun, mereka juga menghadapi tantangan, seperti cuaca dingin, keterbatasan ruang, dan bahasa.
Bantuan Logistik dan Pendataan dari KBRI Tokyo
Untuk membantu para WNI terdampak gempa, KBRI Tokyo telah menyalurkan bantuan logistik berupa air mineral, makanan siap saji, tisu, dan kebutuhan pokok lainnya. Bantuan ini diserahkan langsung oleh Duta Besar RI untuk Jepang Heri Akhmadi dan Tim KBRI Tokyo yang berkunjung ke lokasi penampungan pada Kamis (4/1).
Selain bantuan logistik, KBRI Tokyo juga melakukan pendataan terhadap WNI terdampak gempa untuk dapat diketahui keberadaan dan kondisi hunian mereka. KBRI Tokyo juga berkoordinasi dengan pemerintah Jepang dan simpul masyarakat untuk memantau perkembangan situasi dan memberikan informasi yang dibutuhkan oleh para WNI.
Jadi, KBRI Tokyo mengimbau kepada para WNI yang terdampak gempa untuk tetap tenang, waspada, dan mengikuti arahan dari pihak berwenang. KBRI Tokyo juga mengingatkan kepada para WNI yang tinggal di Jepang untuk selalu memperbarui data diri mereka di laman peduliwni atau melalui aplikasi Safe Travel. Hal ini penting untuk memudahkan KBRI Tokyo dalam memberikan bantuan dan perlindungan jika terjadi bencana atau keadaan darurat.
KBRI Tokyo mengonfirmasi bahwa tidak terdapat korban jiwa WNI akibat gempa Ishikawa. Jadi, KBRI Tokyo mengucapkan duka cita yang mendalam kepada keluarga korban dan berdoa agar para korban yang masih hilang dapat segera di temukan. KBRI Tokyo juga mengapresiasi solidaritas dan kerjasama yang di tunjukkan oleh pemerintah Jepang dan masyarakat setempat dalam menangani dampak gempa
Kerjasama Indonesia dan Jepang dalam Penanggulangan Bencana
Bantuan yang diberikan oleh Indonesia kepada Jepang merupakan bentuk solidaritas dan kerjasama antara kedua negara dalam penanggulangan bencana. Indonesia dan Jepang memiliki pengalaman yang banyak dalam menghadapi bencana alam, seperti gempa, tsunami, gunung berapi, dan banjir. Kedua negara juga memiliki kesamaan dalam hal budaya, agama, dan nilai-nilai kemanusiaan.
Indonesia dan Jepang telah menjalin kerjasama dalam berbagai bidang, seperti ekonomi, politik, keamanan, pendidikan, dan budaya. Kerjasama ini semakin erat setelah kedua negara menandatangani Kemitraan Strategis Global pada tahun 2006. Kerjasama ini juga mencakup bidang penanggulangan bencana, yang di lakukan melalui pertukaran informasi, pelatihan, penelitian, dan bantuan kemanusiaan.
Salah satu contoh kerjasama Indonesia dan Jepang dalam penanggulangan bencana adalah pembangunan Sistem Peringatan Dini Tsunami (SPDT) di Indonesia. SPDT ini merupakan hasil kerjasama antara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Indonesia dan Japan International Cooperation Agency (JICA). SPDT ini berfungsi untuk mendeteksi gempa dan tsunami, serta memberikan peringatan kepada masyarakat melalui sirene, SMS, radio, dan televisi.
Kerjasama Indonesia dan Jepang dalam penanggulangan bencana merupakan salah satu bukti bahwa kedua negara saling mendukung dan bersahabat. Kerjasama ini juga menunjukkan bahwa kedua negara memiliki tanggung jawab bersama untuk menjaga perdamaian, stabilitas, dan kesejahteraan di kawasan Asia Pasifik.